Tetapi di balik semua itu Djamin Sumitro sedang mendesign sebuah masa depan untuk Indonesia. Ia tahu nama-nama yang disebut-sebut media dan para ahli survey yang konon sudah bersiap-siap menjadi pengganti SBY pada kedudukan RI 1 periode berikut. Ia sudah bertanya tentang kesediaan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk tampil menjadi Calon Presiden RI periode berikut dalam salah satu perbincangan selama 3 hari kunjungannya baru-baru ini  ke kediaman Sri Sultan Hamengku Buwono X. Meskipun orang yang ditanya menyatakan ketak-sediaan secara terus terang, tetapi Djamin Sumitro yakin satu saat dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan dengan mempertimbangkan kondisi “yang memaksa dalam pola dan rekrutmen kepemimpinan nasional”, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan bersedia memberi kata “ya”. Sekali lagi, itu keyakinannya.

PADA tanggal 15 Januari 2012 bersepakatlah sebuah organisasi sosial kemasyarakatan lokal di suatu petang untuk bermatmorfosis menjadi organisasi sosial kemasyarakatan tingkat nasional. Organisasi itu bernama Forum Komunikasi Warga Jawa, disingkat FKWJ.  Awalnya hanya ada di seputar pinggiran wilayah PTPN II Kecamatan Tanjung Morawa, Deliserdang, khususnya di desa Medan Sinembah. Tetapi sejak berdiri pada tahun 2004, Ketua Umumnya Djamin Sumitro, tak pernah berhenti mengembangkan sayap. Membawa sendiri di dalam tasnya kertas kop surat dan stempel serta blanko mandat untuk dititipkan kepada siapa yang mau mengembangkan organisasi ini.  Begitulah dari hari ke hari, bulan demi bulan hingga berbilang tahun. Enam belas kepengurusan tingkat Kabupaten dan kota sudah terbentuk, lengkap dengan daftar nama dan data keanggotaan berkartu identitas yang sebagiannya berisi jaminan asuransi. Dalam waktu dekat akan bertambah lagi menjadi 21 Kabupaten dan Kota.

Kelompok anak mudanya disebut Relawan FKWJ, didirikan sejak tahun 2009 dengan motto “tumbuh sebelum patah, berganti sebelum hilang”. Kelompok anak muda ini tak mengesankan apa-apa selain orientasi aktivisme. Mereka lebih memberi perhatian terhadap upaya-upaya penanggulangan bencana. Konon, menurut mereka, akibat pembangunan yang dijalankan semberono telah terjadi degradasi kualitas lingkungan yang di antaranya terlihat dari kerap terjadinya bencana alam. Juga usaha-usaha pencegahan dalam keprihatinan atas beredar-luasnya narkoba di tengah masyarakat yang merusak tak cuma generasi muda. Memang tak mudah, terutama melindungi generasi muda dari ancaman mematikan narkoba dan mempersiapkan tenaga muda yang masih ringan tangan untuk cakap dalam tanggap bencana. Untuk maksud itu, seorang Perwira Tinggi bintang Satu dari (TNI-AU) yang kini menjadi salah seorang deputy pada BASARNAS belum lama ini berkenan memberi arahan yang terutama dimaksudkan untuk rencana pemberian layanan teknis perkuatan kompetensi dalam bidang SAR.

Metamorfosis. Dalam deklarasi perubahan FKWJ menjadi organisasi sosial kemasyarakatan tingkat nasional yang diselenggarakan tanggal 4 Maret 2012 yang lalu di Lapangan Garuda PTPN II Tanjung Morawa, tak cuma hadir tokoh-tokoh Sumatera Utara dari kalangan etnis Jawa. Memang FKWJ menyatakan organisasi ini terbuka, tidak untuk orang yang secara genealogis berdarah keturunan Jawa atau campuran Jawa. Memang hadir dan memberi sambutan Plt Gubsu Gatot Pujo Nugroho. Juga ada Tom Adlin Hajar (mantan Ketua DPRD Kota Medan), Kasim Siyo (mantan Asisten Ekbang Pemprovsu), dan lain-lain. Tetapi di sana juga ada RE Nainggolan (mantan Sekdaprosu), Zainuddin Mars (Wabub Deliserdang) dan Irmadi Lubis (aktivis PDIP). Chairuman Harahap, Gus Irawan Pasaribu, AY Nasution dan tokoh-tokoh non Jawa lainnya memberitahu ketidak-hadiran oleh karena kesibukan yang sudah terjadwal sebelumnya buat mereka.

GKR Pembayun,  puteri sulung Sri Sultan Hamengku Buwono X, dikukuhkan menjadi Ketua Umum DPP FKWJ Nusantara yang berkedudukan pusat di Yogjakarta.  Di antara bunyi naskah deklarasi perubahan organisasi FKWJ menjadi organisasi sosial kemasyarakatan tingkat nasional terdapat kalimat “Hal-hal mengenai penyesuaian dan pemenuhan ketentuan imperatif perundang-undangan terkait dengan perubahan ini dipandang melekat sebagai wewenang terlimpahkan kepada Ketua Umum DPP FKWJ Nusantara periode 2012-2017. Perihal penyusunan struktur dan personalia kepengurusan, perubahan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga, Perumusan Program Nasional dan lain-lain, untuk pertamakalinya setelah perubahan organisasi ini dilakukan  secara bersama oleh DPW FKWJ Sumut dengan Ketua Umum DPP FKWJ Nusantara”.

Artinya dalam waktu tidak terlalu lama, DPP FKWJ Nusantara tidak hanya bertanggung jawab atas pelebaran sayap organisasi yang sudah ada selama ini (NAD, Riau, Sumbar, Kaltim). Juga harus mengadaptasi format dan kiprah organisasi sesuai dengan aturan yang ada. Deklarasi ini dianggap menjadi penanda bagi peningkatan sepakterjang sebagai paguyuban yang peduli terhadap persatuan, kesatuan, solidaritas dan kesetiakawanan sosial dengan motto Sak Iyek Sak Eko Kapti, Sak Iyek Sak Eko Proyo (Satu hati satu tujuan).

Pencapresan Sri Sultan. Sri Sultan Hamengku Buwono X dalam kunjungan awal Maret di Sumatera Utara telah difasilitasi oleh FKWJ untuk menjadi tokoh penting dalam beberapa agenda utama. Diawali dengan acara Shilaturrahim dengan Walikota Medan Rahudman Harahap didampingi Wakil dan para Kepala SKPD yang sekaligus dirangkai dengan pembukaan Mubes Istimewa FKWJ, secara bersinambung telah terlaksana Dialog dengan para tokoh umat Budha di kompleks Cemara Asri dan kuliah umum di UMSU bertema “Dinamika Kebangsaan”.  Setelah itu shilaturrahim terlaksana dengan Plt Gubsu dan para Kepala SKPD di rumah dinas Gubsu yang dirangkai dengan Sarasehan bertema “Kebudayaan dan Pembangunan” yang berlangsung di Aula Martabe kantor Gubsu yang dihadiri oleh para pengurus FKWJ Se-Sumatera Utara dan para tokoh organisasi tingkat Sumatera Utara. Deklarasi perubahan FKWJ menjadi organisasi sosial kemasyarakatan tingkat Nasional adalah pamungkas dari seluruh agenda.

Dalam pidatonya di depan audiens di Tanjung Morawa, Ketua Umum FKWJ Sumut Djamin Sumitro menegaskan bahwa organisasinya dan segenap perhelatannya tidak untuk pemilukada Gubsu 2013 yang akan berlangsung Maret tahun depan. Dia malah menyindir begitu halus tendensi intensifikasi aktivitas berbagai kelompok sosial tak terkecuali partai dan termasuk orang-orang yang sebatas menjelang perhelatan politik penting daerah seperti pemilukada. Djamin Sumitro yang kelahiran desa Jetis, Kabupaten Bantul,  Yogjakarta, ini, memang menjadikan seluruh hari sebagai detik-detik penting untuk mengembangkan organisasi dengan tak peduli akan ada pemilu atau pun perhelatan politik lainnya. Ia tak membangun organisasi ini untuk maksud mobilitas sosial vertikalnya dalam politik seperti banyak orang giat melakukannya, karena Djamin Sumitro sadar dengan tingkat pendidikannya yang hanya sebatas kelas 2 SD tidak mungkin diizinkan di republik ini menjadi Kepala Desa, apalagi anggota legislatif atau Kepala Daerah.

Tetapi di balik semua itu Djamin Sumitro sedang mendesign sebuah masa depan untuk Indonesia. Ia tahu nama-nama yang disebut-sebut media dan para ahli survey yang konon sudah bersiap-siap untuk menjadi pengganti SBY pada kedudukan RI 1 untuk periode berikut.  Ia sudah bertanya tentang kesediaan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk tampil menjadi Calon Presiden RI periode berikut dalam salah satu perbincangan selama 3 hari kunjungannya baru-baru ini  ke kediaman Sri Sultan Hamengku Buwono X. Meskipun orang yang ditanya menyatakan ketak-sediaan secara terus terang, tetapi Djamin Sumitro yakin satu saat dalam waktu yang tidak terlalu lama, dan dengan mempertimbangkan kondisi “yang memaksa dalam pola dan rekrutmen kepemimpinan nasional”, Sri Sultan Hamengku Buwono X akan bersedia memberi kata “ya”. Sekali lagi, itu keyakinannya.

Untuk memperoleh jawaban itulah kini Djamin sumitro telah memperkaya frekuensi kepergiannya ke satu dan lain provinsi agar semakin banyak dan memenuhi syarat dukungan politik mumpuni orang-orang dari seluruh wilayah Nusantara yang menemaninya kelak mengajukan permintaan kesediaan Sri Sultan Hamengku Buwono X untuk bersedia menjadi calon Presiden RI. Orang ini, Djamin Sumitro, sama sekali bukan tipe penghayal. Ia kerjakan apa yang ia pikirkan dan tuliskan. Ia tuliskan semua yang dipikirkan dan dikerjakan dengan sedikit ketak-pedulian atas pesimisme yang kerap ditebar orang kepadanya entah dari mana-mana.

Penutup. Seorang Djamin Sumitro berpendidikan kelas 2 SD mendesign masa depan Indonesia dengan kebersahajaannya dari desa Medan Sinembah, Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deliserdang. Dengan penuh keyakinan ia jalankan rencananya tanpa harus memikirkan berapa besar biaya untuk semua rencana itu, tetapi jelas mengetahui kebutuhan tentang berapa besar keterlibatan orang-orang untuk mendukungnya. Ia bukan tidak tahu bahwa seseorang calon Presiden RI harus mendapat dukungan dari partai politik. Tetapi ia pun tahu bahwa partai politik itu adalah organisasi yang diisi oleh orang-perorang. Orang-perorang itulah yang kini sedang diajaknya untuk setuju dengan usahanya. Memang, ini patut disebut Djamin Sumitro way.

Tetapi satu hal haruslah dicatat. Setiap orang berhak bergembira dan prihatin atas kondisi bangsa dan kepemimpinannya saat ini dengan segenap alasan. Djamin Sumitro berada pada satu ufuk, kebetulan ufuk keprihatinan. Ia beroleh jaminan dari fatsoen politik dan konstitusi untuk bercita-cita memperbaiki Negara dan bangsanya. Tidak ada larangan untuk itu. Memang, ini Djamin Sumitro Way.

Shohibul Anshor Siregar

Dipublish pertamakali oleh Harian Waspada Medan, Kamis 5 April 2012 hlm B5