Slide12

Video berjudul Muhammad Ali-Amazing Speed, yang ditayangkan oleh youtube, yang hanya berdurasi 4 menit 41 detik, telah menjadi salah satu media penumpahan rasa hormat, rasa sedih dan rasa kehilangan bagi banyak orang di seluruh dunia yang berduka atas kepergian Muhammad Ali sang legenda tinju dunia.

Beberapa komentar untuk video itu benar-benar sangat mengharukan. Vatsal Vajpai, misalnya, berkata bahwa Muhammad Ali hanya dapat di-KO-kan oleh satu-satunya dzat yang mampu melakukan itu, yakni tuhan. Seseorang lain bernama Sneintzville kemudian membalas komentar itu I was at work today when I heard the news of his passing, I felt like crying all day, he is truly the greatest of all time (Saya sedang dalam pekerjaan hari ini saat mendengarnya telah pergi. Saya merasa seperti menagis sepanjang hari. Beliau benar-benar terbesar sepanjang masa).

Bahkan saat sudah meninggal, beliau tetaplah masih juara (Man From the Horizon). Muhammad Ali dan saya benar-benar marah kepada orang Amerika yang membiarkan beliau menderita begitu banyak selama masa jayanya, dan merampok kami padahal harus dicatat baik-baik bahwa momen-momen itulah yang benar-benar menentukan banyak orang di belakang hari menjadi besar dari olah raga di jagad raya (Dreyn Harry). Seseorang lain berkata “Bruce Lee benar-benar dihormati Ali dan ia berkata bahwa suatu hari nanti ia akan melawannya. Bruce Lee tetaplah masih pejuang terbesar sepanjang masa menurut pendapat saya, tetapi Ali berada jauh di atas.

Anthony Martinez menulis ungkapan hatinya paling dalam: “Jika Amerika ingin melihat umat Islam, biarkan mereka melihat Ali. Jika dunia ingin melihat Amerika, biarkan mereka juga melihat Ali. Ia mewakili yang terbaik di antara ras, agama apapun, kasta apapun, keyakinan, dan negara manapun. Itulah alasan mengapa Muhammad Ali akan selalu menjadi salah seorang manusia terbesar yang pernah hidup di planet ini. Nico Montinola: Muhammad Ali telah menunjukkan kebesarannya ketika memrotes pemerintah AS yang membunuh orang Vietnam tak berdosa dan kebijakan rasisnya yang begitu buruk. Muhammad Ali adalah orang Amerika terakhir yang benar, orang setelah dia hanyalah robot.

Terbesar, Tercepat dan Terberani. Muhammad Ali meninggal dalam usia 74 tahun hari Jum’at pekan lalu di sebuah rumah sakit setelah menghabiskan beberapa hari terakhir dalam perawatan karena komplikasi pernapasan. Tiga puluh dua tahun menderita parkinson (penyakit ini pertamakali diketahui menyerangnya pada tahun 1984), Muhammad Ali yang pernah tiga kali juara kelas berat tinju dunia itu secara perlahan menderita kelancaran verbal dan ketangkasan fisik. Beberapa saat setelah meniggal dunia, salah seorang putri Muhammad Ali, Rasheda, mengatakan dengan perasan campuran, bahwa ayahnya yang legenda itu kini tidak lagi menderita. “Ayah, sahabat saya dan pahlawan serta orang terbesar yang pernah hidup itu telah pergi selamanya”,ucap Rasheda.

Pada tahun 1971, Muhammad Ali melakukan persiapan untuk menghadapi pertarungan dengan Joe Frazier dalam sebuah pertarungan yang dijuluki Fight of the Century. Kali ini Muhammad Ali kalah, namun menang untuk dua pertarungan ulang berikutnya. Empat belas tahun lalu NBS News menunjukkan video rekaman kegiatan latihan persiapan saat akan menghadapi Joe Frazier. Ungkapan Muhammad Ali dicatat oleh NBS News, demikian:

I see that I am aging. I see how real life is. I did not realize how fast it was, I did not realize how scientific and quick it was until I look at films and I watch my self do things that I know I can not do now. (Saya sadar kini telah tua. Saya sadar bagaimana kehidupan sesungguhnya. Saya tak menyadari betapa cepatnya gerakan-gerakan itu, saya tak menyadari seberapa ilmiah dan cepat gerakan-gerakan itu hingga saya saksikan sendiri video diri saya yang kini tak lagi mampu melakukan hal itu).

Di sela-sela latihan persiapan itu ia berucap tangkas dan sangat provakatif dengan lisan yang sangat lantang. I want to be the only athlete with a record that they will say can not be broken. They have a saying “record are meant to be broken”. I want them to say my record will never be broken. And, then the stage is set for me to just shock the whole planet and be recognized as not the greatest boxer, but the greatest athlete of all time. That is what I want when I leave this ring. (Saya ingin sebagai satu-satunya atlit yang mampu meraih catatan yang tak dapat dipecahkan oleh siapa pun. Orang selalu berkata bahwa sebuah catatan prestasi hanyalah sementara sebelum orang lain melampauinya. Tetapi saya ingin mereka tahu bahwa catatan prestasi saya tidak akan terlampaui sampai kapan pun. Dan, posisi saya sangat istimewa sebagai juara yang akan dicatat bukan untuk tinju saja, melainkan sebagai atlit terbesar sepanjang masa. Itulah keinginan saya sebelum saya meninggalkan ring).

NBC News jelas kagum dengan ungkapan-ungkapan Muhammad Ali dan membubuhkan judul Fighter and Thinker: the Two Sides of Muhammad Ali untuk video dokumentasi yang mereka buat itu.

Muhammad Ali mencatat hal yang kemudian juga terjadi pada beberapa petinju besar lainnya. Saat nilai kekayaan dan asset secara drastic berkurang, magnit ring tinju yang sudah ditinggalkan kemudian dimasuki lagi meski tak pernah beroleh catatan cemerlang. Begitulah bahwa pada bulan Juni 1979 Muhammad Ali mengumumkan pensiun dari dunia tinju. Tetapi dia kembali lagi pada tanggal 2 Oktober 1980 untuk menantang juara kelas berat yang waktu itu dipegang Larry Holmes. Pada ronde ke 11 ia KO. Setelah kalah dari Trevor Berbick pada tanggal 11 Desember 1981, barulah Muhammad Ali meninggalkan ring tinju untuk selamanya. Catatan prestasinya ditutup dengan 56 kali menang dan 5 kali kalah.

Saat masuk Islam dalam usia belia, ia menjadi perbincangan kontroversi dunia. Ia menolak bergabung dengan program wajib militer dan pergi ikut memerangi bangsa Vietnam yang mengakibatkan ia dijebloskan ke penjara yang diikuti dengan tindakan resmi pencopotan gelar juara tinju dunia. Ia tak ragu-ragu menerima sanksi itu.

Apa katanya waktu itu? My conscience won’t let me go shoot my brother, or some darker people, some poor, hungry people in the mud, for big powerful America, and shoot them for what?” “They never called me nigger. They never lynched me. They didn’t put no dogs on me. (Hati nurani saya tidak akan membiarkan saya pergi menembak saudara saya, atau beberapa orang yang berwarna kulit lebih gelap, beberapa warga miskin, orang yang kelaparan di kubangan, untuk Amerika yang kuat dan besar, dan sebetulnya menembaki mereka itu untuk apa? Mereka tidak pernah menjuluki saya Negro. Mereka tidak pernah menggantung saya. Mereka tidak menaruh anjing pada saya).

Alasan-alasan itu terefleksikan dari nalar kemuanusiaan dan etika universal yang tumbuh dalam kesadarannya sebagai warga Amerika yang menjadi bagian dari sejumlah besar komunitas yang terdiskriminasi, dan berjuang keras menghapuskannya, yang kemudian dipertajam oleh faham keagamaannya yang menolak tegas tindakan itu. Masihkah ditemukan ksatria seperti ini dalam tubuh kemiliteran di dunia Barat dan Timur? Mungkin jika para prajurit merenungkan sikap Muhammad Ali, dunia akan menjadi tempat aman bagi kemanusiaan dan tak akan ada orang gila yang demi tujuan politiknya memobilisasi kekuatan militer untuk kepentingan yang bertentangan dengan hasrat dunia untuk aman dan damai. Para anggota satuan-satuan khusus seperti Densus 88 pun rasanya akan mampu menegakkan nalar kemanusiaan jika merenungi sikap Muhammad Ali.

Lihat saja apa yang terjadi kemudian. Pada tahun 2005, Presiden George W. Bush menganugerahi Muhammad  Ali dengan Presidential Medal of Freedom, dan orang-orang di kampung halamannya Louisville membuka Muhammad Ali Center yang bergerak untuk mempromosikan toleransi dan rasa hormat untuk sesama. Amerika akhirnya sadar rupanya, dan melupakan ungkapan-ungkapan pedas Muhammad Ali. Bukankah Negara (Amerika) pernah mencatat ucapannya dengan kerangka politik, hukum dan budaya saat berkata: “Musuh saya adalah orang kulit putih, tidak Vietcong atau Cina atau Jepang”? “Anda opposer saya ketika saya ingin kebebasan. Anda opposer saya ketika saya ingin keadilan. Anda opposer saya ketika saya ingin kesetaraan. Anda bahkan tidak akan berdiri untuk membela saya di Amerika karena agama saya, padahal Anda ingin agar saya pergi berperang atasnama Amerika tetapi Anda bahkan tidak akan berdiri untuk saya di sini, di rumah saya sendiri. “

Mengiringi kepergian Muhammad Ali, pengakuan juga datang dari Presiden Obama. A man who fought for us (orang yang telah berjuang untuk kita), kata Presiden Obama. Muhammad Ali juga dilihatnya begitu istimewa. Simak testimoninya berikut ini: “Kemampuan unik untuk mengerahkan kekuatan luar biasa dan keberanian dalam menghadapi kesulitan, mengendalikan badai, ia tak pernah kehilangan arah. Dia telah menunjukkan kepada kita iman abadi yang dengan melalui hal itu dan kasih setia, setiap kita dapat membuat dunia ini menjadi tempat yang lebih baik. Dia adalah, dan selalu akan tetap sebagai juara.”

Untuk perkembangan politik mutakhir Muhammad Ali juga masih selalu update. Desember tahun lalu, misalnya, meski sudah dalam keadaan yang susah payah, Muhammad Ali tidak surut dalam memberi perhatian terhadap masalah politik. Sebuah pernyataannya yang mengritik usulan calon presiden Amerika Serikat Donald Trump yang melarang umat Islam memasuki Amerika Serikat, dirilis. “Kita sebagai umat Islam harus berdiri tegak untuk menentang mereka yang menggunakan Islam sebagai komoditi untuk memajukan agenda pribadi mereka sendiri,” tegas Muhammad Ali.

Penutup. Lahir pada tanggal 17 Januari 1942, dengan nama baptis Cassius Clay di Louisville, Kentucky. Muhammad Ali tercatat mulai memasuki dunia tinju ketika masih berusia 12 tahun. Muhammad Ali memenangkan gelar Sarung Tinju Emas sebelum menuju ke Olimpiade 1960 di Roma. Di sana ia memenangkan medali emas untuk kelas berat ringan. Ketika berusia 22 tahun Cassius Clay menyatakan diri masuk Islam. Nama Cassius Clay dianggapnya sebagai “nama budak” yang harus segera ditanggalkan dan karena itu ia bertekad akan dikenal sejak saat itu sebagai Muhammad Ali. Nama ini diberikan oleh tokoh terkenal Nation of Islam Elijah Muhammad.

Muhammad Ali meninggal pada tanggal 3 Juni 2016, di Phoenix, Arizona, Amerika, dalam usia 74 tahun. Legenda tinju dunia ini memiliki (anak) Laila Ali, Rasheda Ali, Hana Ali, Asaad Amin, Maryum Ali, Jamillah Ali, Khaliah Ali, Muhammad Ali Jr. dan Miya Ali. Allahumagfirlah, warhamh, wa’afih, wa’fuanh.

alimu

Shohibul Anshor Siregar, Koordinator Umum ‘nBASIS. Naskah ini pertamakali diterbitkan oleh Harian Waspada, Medan, Senin, 6 Juni 2016, hlm B7.