Indonesisa

| Bung Karno tak pernah dirujuk sama sekali soal doktrin Trisaktinya: berdaulat politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya | Di sini juga orang mengabaikan Pancasila secara terang-terangan, karena untuk sila 5 misalnya, Bung Karno mendefinisikannya sebagai keadaan tiada orang miskin sama sekali di Indonesia | Orang Indonesia, yang dibimbing elitnya, lebih suka menggunakan Pancasila sebagai alat pemukul lawan politik dengan dan ini kerap dilakukan dengan mandat kekuasaan yang salah|

Umumnya, untuk orang Indonesia, jika disebut perang memang mereka secara terbatas hanya ingin bicara bambu runcing dan mungkin perang Arek Suroboyo, Naga Bonar dan seterusnya.

Itulah perang dalam pemikiran dan memori mayoritas di Indonesia. Jika elit politik dan para penguasa ekonomi bercerita tentang perang dagang, umumnya mereka tak begitu faham. Sama halnya jika para akademisi berbicara tentang perang pemikiran, mereka juga selalu mengasosiasikan dengan bambu runcing dan perang fisik pertumpahan darah di hutan-hutan.

*****

Lalu mereka pun akan menghubungkan semua ini dengan kekuatan pertahanan negara di TNI dan mereka akan menyebut satuan-satuan elit seperti Kopassus, Kostrad dan lain-lain. Di sini pun mereka selalu gagal faham mengidentifikasi kekuatan pertahanan negara. Karena faktanya, setelah perang-perang kemerdekaan, kekuatan pertahanan negara khususnya TNI (dahulu ABRI) tak pernah berpengalaman perang kecuali dengan bangsa sendiri seperti ketika melawan PRRI-Permesta, DII-TII, separatisme Timor Timur dan Daerah Operasi Militer (DOM) I dan II di Aceh.

Selain itu pengalaman kita mungkin ada bersama PBB, bukan sebagai pasukan tempur sungguhan,melainkan penjaga perdamaian di bawah bendera PBB (Peace Keeping). Di sini ia tak lebih negosiator berseragam TNI strip PBB yang sama sekali tak perlu meletuskan peluru dari senjatanya.

Padahal definisi perang itu telah berubah sejak berakhirnya perang dunia kedua dan definisi baru diciptakan yakni “perang dingin”. Setelah itu hanya Amerika dan beberapa negara lainnyalah yang terus mengabadikan definisi perang lama karena terutama Amerika terus dan selalu ingin bekerja dengan mandat PBB menguras sumberdaya di Timur Tengah dengan terlebih dahulu melakukan pembunuhan besar-besaran degan mengerahkan kekuatan militer penuh di sana.

Di Indonesia, sebagai salah satu negara kaya sumberdaya, perang tidak pernah berhenti meski berubah bentuk setiap waktu.

*****

Jika disebut penjajahan, orang di Indonesia pun hanya mampu mengingat dan memahami 6 bangsa yang mempergilirkan Indonesia tak ubahnya piala bergilir dalam penjajahan mereka. Menyedihkan penjajahan yang pengertiannya di Indonesia terus amat formal, itu adalah masalah besar.

Padahal penjajahan tak terkecuali di Indonesia itu terus berlangsung, baik oleh bangsa sendiri maupun oleh kekuatan multinastional (corporations) dan instrumen lainnya yang diletakkan pada otoritas lembaga dunia seperti PBB, Wolrd Bank, IMF dan lain-lain.

Bung Karno tak pernah dirujuk sama sekali soal ini dengan doktrin Trisaktinya, berdaulat politik, berdikari dalam ekonomi dan berkepribadian dalam budaya. Di sini juga orang mengabaikan Pancasila secara terang-terangan, karena untuk sila 5 misalnya, Bung Karno mendefinisikannya sebagai keadaan tiada orang miskin sama sekali di Indonesia. Orang Indonesia, yang dibimbing elitnya, lebih suka menggunakan Pancasila sebagai alat pemukul lawan politik dengan dan ini kerap dilakukan dengan mandat kekuasaan yang salah.

*****

Barisan pergerakan harus melakukan penyadaran, bangkit dan do something right !!!!!

 

Shohibul Anshor Siregar